Marari Sabtu,
yaitu
pada setiap hari Sabtu atau Samisara seluruh umat Parmalim berkumpul di
tempat yang sudah yang sudah ditentukan baik si Bale Partonggoan, Bale
Pasogit di pusat maupun di rumah parsantian di cabang/daerah untuk
melakukan sembah dan puji kepada Mulajadi Nabolon dan pada kesempatan
itu para anggota diberi poda atau bimbingan agar lebih tekun berprilaku
menghayati Ugamonya.
Martutuaek,
yaitu
upacara yang dilakukan dirumah umat yang mendapat karunia kelahiran
seorang anak, atau pemberian nama kepada anak. Anak yang baru lahir
sebelum dibawa berpergian kemana mana harus lebih dahulu diperkenalkan
dengan bumi terutama air untuk membersihkan dan ini dilaksanakan untuk
membawa anak tersebut ke umbul mata air disertai bara api tempat
membakar dupa. Kemudian baru dibawa ke dunia baru yaitu pasar dan diberi
buah buahan manis perlambang hari kedepan yang makin manis. Setelah
dirumah dilanjutkan lagi dengan upacara, bergantung kepada kemampuan
keluarga tersebut. Pada saat pulang dari pasar tadi,siapa saja
diinginkan oleh keluarga si anak meminta buah buahan bawaan si anak tadi
sebagai perlambang bahwa si anak kelak akan bersifat maduma.
Mardebata,
Yaitu
upacara yang sifatnya individual dimana seorang melaksanakan upacara
sendiri tanpa melibatkan orang lain. Ritus ini sendiri mempunyai tujuan
ganda yaitu meminta keampunan dosa atau menebus dosa dan syukuran.
Seseorang yang merasa menyimpang dari aturan patik perlu
menyelenggarakan pardebataon sebagai sarana untuk menebus
dosanya. Bagi orang lain pardebataon itu mungkin pula untuk mewujudkan
kaulnya. Jika upacaranya dibuat besar besaran misalnya untuk mewujudkan
niatnya harus dengan menyajikan sesaji secukupnya dan boleh juga
dihantar gendang sabangunan serta di atur oleh tata upacara resmi sesuai
dengan tata upacara dari Ihutan atau dari Uluan.
Pasahat Tondi
Upacara
kematian dibagi dalam dua tahap. Pertama adalah pengurusan jenazah
menjelang pemakaman, kedua adalah pasahat tondi. Pemberangkatan jenazah
dipimpin oleh Ihutan atau Ulupunguan dengan upacara doa “Borhat ma ho tu habangsa panjadianmu”
Setelah
pemakaman,dilanjutkan dengan upacara pasahat tondi yaitu upacara
mengantar roh dalam arti harfiah. Tuhan menciptakan manusia atas dua
bagian yaitu badan dan roh (pamatang dohot tondi). Apabila badan mati,
roh tidak ikut mati, Ia kembali kepada penciptanya, sesuai dengan
pandangan Ketuhanan Parmalim, bahwa :”ngolu dohot hamatean huaso ni Debata”.
Mangan Napaet
Adalah
upacara atau berpuasa untuk menebus dosa dilaksanakan selama 24 jam
penuh pada setiap penghujung tahun kalender Batak yaitu pada ari hurung bulan hurung.
Upacara ini bersifat umum dilaksanakan di setiap cabang. Perangkat
dasar upacara ini selain pangurason dan pardupaon yang terpenting ialah mangan napaet,
diramu dari beberapa jenis buah dan daun yang pahit seperti daun
pepaya, buah ingkir,babal,cabe rawit, jeruk bali muda dan garam.
Mangan
napaet merupakan pengabdian warga parmalim kepada Raja Nasiakbagi yang
menderita untuk manusia. Selain itu merupakan simbol dari kehidupan yang
pahit kepada kehidupan yang manis. Dan juga arti mangan napaet akan di
akhiri dengan mangan natonggidan inilah permulaan hidup perilaku
baru untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari. Setelah mangan
napaet maka dilaksanakan pula upacara persembahan kambing putih kepada
Mulajadi Nabolon.
Upacara Sipaha Sada
Adalah
merupakan upacara yang paling hikmat dan mengandung nilai religius yang
paling dalam, bagi umat Parmalim. Pelaksanaan upacara ini disambut
gembira karena sehari sebelumnya Parmalim baru saja selesai mengadakan
upacara mangan napaet yaitu suatu acara pembebasan manusia dari dosa.
Upacara sipaha sada adalah penyambutan datangnya tahun baru Ugamo Malim
atau acara pergantian tahun sekaligus dinamakan Tahun Baru Batak.
Hari pertama sipaha Sada disebut artia. Pada hari itu ugamo Parmalim berada pada suasana hening atau disebut robu. Ini merupakan hari perenungan akan perjalanan hidup diri sendiri atau katakan saja dengan dialog batin. Dan hari berikutnya dinamai Suma. Pada hari itu diperingati hari lahir Simarimbulubosi. Upacara
dipusatkan di Bale Pasogit. Upacara ini melakukan sesajen juga kepada
Mulajadi Nabolon termasuk ketiga wujud pancaran kuasa yaitu Batara guru,
Debata Sori dan Debata Balabulan, seterusnya kepada Raja Nasiakbagi
dihantarkan asap dupa, dengan bunyi gendang sabangunan.
Upacara Sipaha Lima
Yaitu
upacara yang dilakukan pada bulan kalender Batak untuk menyampaikan
pujipujian kepada Mulajadi Nabolon termasuk kepada wujud Pancaran
Kuasanya Batara guru, Debata Sori dan Debata Balabulan, seterusnya
kepada Raja Nasiakbagi, karena atas berkatnya semuanya memperoleh
rahmat,sehat jasmani dan rohani. Upacara ini disebut upacara kurban,
karena sesaji yang di persembahkan adalah kurban berupa kerbau atau
lembu.
Sebenarnya
upacara ini berpangkal dari persembahan hasil penuaian pertama kira
kira dua liter atau patunoma dari panen kepada Mulajadi Nabolon. Upacara
dilakukan besar besaran oleh semua umat parmalim yang
datang dari segala penjuru tanah air dan ditampung di Bale Pangaminan.
Sajian pertama kepada Mulajadi Nabolon diantar dengan asap dupa, dengan
bunyi gendang sabangunan.
Upacara
sipaha Lima diselenggarakan pada hari ke 12 – 13 dan 14 menjelang bulan
purnama. Hari tersebut dinamakan Boraspati, singkora,dan Samisara
berkisar antara bulan Juli – Agustus pada bulan Masehi. Upacara diadakan
penuh khidmat tanda syukur kepada Mulajadi Nabolon agar diberi
keselamatan dan kesejahteraan pada hari hari berikutnya.
No comments:
Post a Comment