Sebenarnya beberapa versi menghiasi sejarah tentang asal usul suku
Batak. Singkatnya salah satu versi itu dapat dijelaskan begini (ini
serius loh):
Suku Batak itu berasal dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia
lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, daerah
pinggiran Danau Toba, lebih kurang delapan kilometer arah barat
Pangururan, Kabupaten Toba Samosir.
Namun kalo itu tidak cukup, maka beginilah penjelasannya (ini juga serius loh):
Suku bangsa Batak itu adalah Proto Malayan, sama seperti suku bangsa
Toraja. Mungkin ini adalah salah satu jawaban kok beberapa bahasa Toraja
itu mirip dengan bahasa Batak. Sedangkan Neo Malayan itu turunannya adalah suku-suku bangsa Jawa, Bugis, Aceh, Minangkabau, Sunda, Madura dan sebagainya.
Jadi gitu, Suku bangsa Batak itu awalnya adalah salah satu suku dari
Proto Malayan yang bermukim di pegunungan perbatasan Burma (Myanmar
sekarang) dan Siam (Thailand sekarang). Selama ribuan tahun lamanya suku
bangsa Batak itu bertempat tinggal dengan suku bangsa Proton Malayan
lainnya, seperti Karen, Igorot, Toraja, Bontoc, Ranau, Meo, Tayal dan
Wajo. Bayangkan betapa bosannya selama ribuan tahun hidup di gunung
terus. Gak ada tv, gak ada mal, apalagi artis. Hanya ada pepohonan dan
bebatuan. Kriik.. krikk.. krikk… sepi….
Zaman dulu suku-suku Proto Malayan itu orangnya gak gaul, gak mau berhubungan dengan dunia luar. Mereka setia tinggaI di pegunungan. Kemungkinan besar mereka gak pernah piknik ke pantai. Hehe.. Ini berbeda sekali dengan suku-suku Neo Malayan. Suku-suku
Neo Malayan lebih suka tinggal di tepi laut atau tanah datar terbuka.
Sama seperti Dono, Kasino, Indro yang difilm-flmnya pasti ada saja
adegan pergi ke pantai.
Tapi semua itu berakhir. Si
Suku-suku Proto Malayan terpaksa berhenti menutup diri di pegunungan
itu. Karena sekitar tahun 1000 Sebelum Masehi (SM), suku bangsa Mongol
datang menyerang dan terpaksalah mereka kabur ke selatan, sepanjang
sungai-sungai Irawady, Salween, serta Mekong.
Udah
itu,, mereka gak cuma didesak oleh si suku-suku mongol itu. Ternyata
mereka juga didesak bangsa Syan yang bukan Proto Malayan, tapi Palae
Mongoloid. Jadinya sebagian besar suku-suku Proto Malayan itu terdesak
sampai ke tepi laut di teluk Martaban (kasian nenek moyang ku..).
Hilanglah sifat-sifat kuper yang mereka gemari.
Nah..
sekarang mereka sudah tinggal di tepi laut. Tentunya sekarang mereka
sudah bisa piknik ke pantai…(Yeeee…) Di tepi laut, kebudayaan Proto
Malayan ini jadinya mulai kecampur dengan budaya Hindu (bahasa kerennya
terakulturasi), Ini juga mempengaruhi bahasanya. Seperti contohnya dalam bahasa Batak, istilah-istilah seperti debata, singa, surgo, batara dan mangaraja.
Tapi
emang dasar orang gunung, Suku-suku proto Malayan tentunya kurang
senang bertempat tinggal di tepi laut. Terlalu banyak orang asing yang
harus diperhitungkan.
”
Bihkskh jhk, lkjajs jjasj dfre dafed laisf, jkansajk ahbjks fdljfl
sfjdklj dnflk! Dsdnk- dsdnk cgruu neianh hula hrifsj thanydioi… Oringh.. Oringh..
ajsklaj ;kl; nklklj jklj skjd. Bajk hjaksd kla!” tutur salah seorang
pria Proto Malayan sambil menggaruk-garuk pantatnya yang baru saja
digigit kepiting laut.
Jika
diterjemahkan menjadi: ”Busset daah, males banget gw di tepi laut, mana
banyak orang banget di sini! Lama-lama cabut jg gw.. Oringh.. Oringh.. Mana lagi bini’ gw. Bikinin kopi sono!”
Mereka
murung. Sedih. Mereka gak tahan lagi menanggung derita ini. Beberapa
orang bahkan sampai mencoba bunuh diri dengan cara menusuk-nusukan capit
kepiting ke ketek kiri mereka, sebab konon katanya mereka percaya bahwa
letak jantung adalah di ketek kiri. Hehe…
Ini sangat menyakitkan… Gak ada lagi tempat terisolasi seperti mereka biasanya. Mereka gak tahan lagi. Lalu mereka memberanikan diri mengambil resiko, menyeberangi lautan mencari tempat tertutup.
Suku-suku
dari Proto Malayan pun akhirnya terpisah-pisah. Suku-suku bangsa Proto
Malayan yang kecil-kecil, banyak yang melancong dan akhirnya menetap di
Filipina. Di situ mereka membentuk komunitas baru dan buka bisnis togel… (hehe.. gaklah). Disana mereka menolak agama Islam dan agama Katholik. Padahal 90 persen orang Filipina, yang suku-sukunya Neo Malayan, beragama Islam dan agama Katholik, seperti suku Tagalog.
Ada
juga yang ke Taiwan. Suku bangsa Tayal pergi ke puncak-puncak gunung di
Taiwan sejak 3.000 tahun lalu sampai sekarang (Jangan-jangan mereka itu
leluhur F4 yang di serial meteor garden. Hehe) Mereka tidak ambil
pusing bahwa tanah-tanah datar di tepi pantai Taiwan, silih berganti
direbut Cina, Belanda, Cina, Jepang dan Cina lagi.
”Jkjg
jklj ljklj hhs, hha akhcu jh, hkau jhj gkh! Hkhs auhi jo seeeept…
seeept seept… seept.. (Lo mau perang kek, mau ngapain kek. Gw kagak
peduli! Terserah lo dah booss… booos.. boos… boos…)” teriak mereka dari gunung sambil menyaksikan tanah datar di tepi pantai Taiwan direbut silih berganti.
Sejak
3.000 tahun di Taiwan mereka menolak segala macam agama. Tetapi sesudah
Perang Dunia II mereka mulai mau menerima Kristen dari pendeta-pendeta
Kanada, yang membawa ilmu kesehatan modern.
Suku bangsa Toraja mendarat di Sulawesi. Di situ mereka selama 3.000 tahun hingga sekarang kontra dengan suku-suku bangsa Bugis dan Makasar, yang adalah Neo Malayan. Mereka
berantem mulu (udah mirip Israel-Palestina aja yak…). Agama Islam
sekitar 400 tahun sudah diterima Bugis dan Makasar. Tetapi suku Toraja
gak mau. Tapi pas abad XX suku bangsa Toraja mau menerima Protestan
Calvinist dari pendeta-pendeta Belanda.
Sementara
suku Karen tetap bertahan di pegunungan Burma. Sampai sekarang juga
berantem terus dengan suku bangsa Burma yang membentuk Republik Burma.
Suku bangsa Karen tetap menolak agama Budha, yang dianut orang-orang
Burma dan Siam. suku bangsa Karen sejak abad ke-XIX menerima agama Kristen/British Baptists dari pendeta-pendeta Inggris.
Sedangkan suku bangsa Ranau mendarat di Sumatera Barat, lalu selama 2.500 tahun berkurung di sekitar Danau Ranau. Lepas
dari segala pengaruh kerajaan Sriwijaya, kerajaan Darmasraya, dan apa
saja yang timbul dan lenyap di Sumatera Selatan. Tapi sekitar tahun 1550
suku bangsa Ranau ditaklukkan kesultanan Banten, yang membutuhkan
sekitar Danau Ranau untuk penanaman merica untuk ekspor. Nah, Tulisannya
si suku bangsa Ranau inilah yang paling dekat ke tulisan Batak.
Sedangkan bahasa Igorot (di Filipina) itulah bahasa terdekat dengan
bahasa Batak.
Lalu
bagaimana nasib si suku bangsa Batak, nenek moyangku? Tenang-tenang…
ternyata mereka mendarat di pantai Barat pulau Sumatera. Di situ suku
bangsa Batak terpecah menjadi beberapa gelombang (gelombang radio tidak
termasuk). Gelombang pertama berlayar terus dan mendarat di pulau-pulau
Simular, Nias, Batu, Mentawai, Siberut sampai ke Enggano (Sumatera
Selatan).
Gelombang
kedua mendarat di muara sungai Simpang, sekarang Singkil. Mereka
bergerak sepanjang sungai Simpang Kiri dan menetap di Kutacane. Dari
situ mereka menduduki seluruh pedalaman Aceh. Itulah yang menjadi
orang-orang Gayo, dan Alas.
Sementara
gelombang ketiga mendarat di muara Sungai Sorkam, antara Barus dan
Siboga. Memasuki pedalaman daerah yang sekarang dikenal sebagai
Doloksanggul dan belakangan menetap di kaki Gunung Pusuk Buhit (2005
meter), di tepi danau Toba sebelah barat, sekarang di seberang
Pangururan. Dari situ berkembang dan akhirnya menduduki tanah Batak yang
sekarang, antara Aceh dan Minangkabau, antara Samudera Hindia dan Selat
Malaka. Jadi begitulah garis beras (eh, besar) dari migrasinya suku
bangsa Batak.
Begitu ceritanya…
Tapi
ada juga versi lainnya yang mengatakan Suku Batak berasal dari India
melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim
di pinggir Danau Toba. Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208
yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras,
India) menjelaskan, pada tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang
Sriwijaya yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang Tamil di Barus. Pada
tahun 1275 Mojopahit menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane,
Haru, Padang Lawas. Sekitar tahun 1.400 kerajaan Nakur berkuasa di
sebelah timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.
Sekian lama saya bermain togel baru kali ini saya
ReplyDeletebenar-benar merasakan yang namanya kemenangan 4D [6926]
dan alhamdulillah saya dpat Rp 97 juta dan semua ini
berkat bantuan angka dari MBAH SURYA GENI
karena cuma Beliaulah yang memberikan angka
goibnya/ritual yg di jamin 100% tembus awalya saya
bergabung hanya memasang 50 ribu karna
saya ngak terlalu percaya ternyatah benar-benar
tembus dan kini saya ngak ragu-ragu lagi untuk memasang
angkanya,,,,buat anda yg butuh angka yang dijamin tembus
hubungi MBAH SURYA GENI 082-301-957-737 atau insya allah beliu akan menbatu kesusahan
anda apalagi kalau anda terlilit hutang trima kasih….??
MARYAM DI MALUKU
jadi maksud mu mereka menolak agama islam dan katolik jadi menerima agama mu protestan, mereka beragama katolik mayoritas filipina sebagian orang moro beragama islam mana ada mereka yang beragama protestan
ReplyDelete